Ketika kita mendengarkan kata-kata pernikahan seakan-akan yang terlintas dipikiran kita hanyalah menghalalkan sebuah hubungan agar kita bisa leluasa hidup bersama dengan si dia yang kita nikahi, namun nyatanya tidak hanya sebatas demikian dan manusia yang masih berpikiran dangkal seperti itu kami harap untuk tidak menikah dulu ;).
Perlu kita ketahui bersama saat kita mengucapkan ijab qabul "saya terima nikahnya pulan bin pulan dengan mas kawin seperangkat alat berat dibayar tunai (untuk candaan)" itu adalah awal daripada sebuah kehidupan yang baru untuk kita, oleh karena demikian kita harus benar2 telah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk menuju kekehidupan tersebut.
Namun kali ini kami tidak membahas terlalu dalam tentang masalah pernikahan, namun pembahasan kali ini lebih kepada tatacara menjaga keutuhan rumah tangga dan tatacara mendidik anak dalam rumah tangga.
Anak merupakan amanah yang Allah titipkan kepada kita, untuk kita jaga serta kita didik dengan penuh cinta dan kasih sayang agar anak itu tumbuh dewasa menjadi manusia yang berguna untuk Agama dan bangsa, tapi berapa banyak diantara kita yang menyianyiakan amanah tersebut.
Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat angka perceraian pun semakin meningkat, anak-anakpun yang seharusnya mendapat kasih sayang dari orang tuanya namun sebaliknya kini harus menerima pelampiasan emosi dari orang tua mereka yang setiap hari berantem dalam keluarga. Ayah dan Ibu mereka yang sibuk mengikuti kemajuan zaman, membiarkan anak-anak mereka terlantar seakan-akan itu bukan lagi sebuah tanggung jawab yang harus mereka jaga dan mereka rawat.
Si Ayah sibuk dengan daun muda diluar sana, anak dan istrinya dibiarkan begitu saja tanpa ada perhatian yang memada, si Ibu pun terkadang tak mau ketinggalan asyik dengan telponan, internetan, fb-an mencari kenalan tanpa menghiraukan rumah tangga berantakan yang akhirnya berujung pada perceraian.
Kalau perpisahan antara orang tua telah terjadi, keluarga berantakan tanpa ada yang peduli karena semuanya sibuk mempertahankan egonya sendiri, kemanakah sianak harus pergi mencari kasih sayang dimuka bumi ini karena Ayah Ibunya sendiri tidak mau peduli.
Ayahnya pergi kerantau orang, Ibunya pun asyik jalan-jalan, akhirnya sianaklah yang harus menanggung semua beban penderitaan.
pernah kami jumpai seorang anak yang masih berumur belasan tahun, yang seharusnya masih duduk dibangku sekolah tapi kini harus jualan untuk mencari nafkah, kami ajak bicara dengan anak yang masih berwajah polos tersebut,
siapa yang jualan ini dek ? Saya bang, kenapa bang, abang mau beli apa ? tanya anak tersebut ! Ngak da dx, cuma kami mau ngobrol2 aja sama adek boleh ? kami mulai ajak ngobrol sama kami rangkul anak laki-laki tersebut !
iya boleh kok bang !
kami : adek sanggup jualan begini, ngk capek ?
adek : ya capek sih bang, tapi mau gimna, jawab sang adek sambil menunduk setengah putus asa.
Kami : dah lama adek jualan begini ?
adek : lebih kurang udah setahun bang
Kami : memangnya orang tua adek kemana, kok adek nyari nafkah sendiri ?
adek : saya tidak tau bang, dulunya sich katanya merantau kenegeri orang, tapi sampai skrang ngk pulang2, ngk da kabar apa2 lagi, terakhir saya dapat berita dari mulut orang katanya ayah dah kawin lagi.
kami : emmm, ibunya adek ?
adek : (adek itu tersenyum) ya ibu kek gitu juga bang lagi sibuk nyari2 ayah baru (jawabnya dengan nada kebencian).
kami : adek sama siapa disini ?
adek : kami 5 bersaudara bang, saya yang paling tua, makanya saya ngk sekolah lagi bang, karena saya harus nyari duit biar adek2 saya bisa sekolah !
Lagi enak-enaknya kami ngobrol tiba-tiba pembeli lain datang, kami pun pamit sama adek itu dengan membawa ceritanya yang penuh dengan derita yang sampai sekarang masih membekas di ingatan kami.
Dimana letak tanggung jawab orang tua sekarang yang rela anaknya menanggung beban derita berkepanjangan, anak yang seharusnya masih duduk dibangku pendidikan tapi sekarang harus memikul tanggung jawab orang tuanya untuk nyari nafkah biar bisa sekolah adek-adeknya, anak yang seharusnya makan makanan yang sudah dihidangkan, tapi kini harus bangun pagi-pagi untuk menghidangkan makanan kepada adek-adeknya tersayang. Dimana letak hati nurani kita sebagai orang tua, bila demikian cara kita membina rumah tangga, kalau hanya untuk beranak saja bukankah binatang lebih pandai daripada kita manusia ?
Kalau kemiskinan engkau jadikan alasan untuk merantau kenegeri orang, mengapa sampaikesana wanita lain yang engkau pinang ?
Kalau kebencian kepada suami engkau jadikan alasan, mengapa engkau ikuti jejak suamimu dengan ikut menelantarkan anak-anakmu yang seharusnya mendapatkan kasih sayang ?
Tidak kami pungkiri memang tidak semua kita memiliki harta didunia ini, tapi itu semua bukan alasan untuk menelantarkan anak dan istri, kita manusia semenjak lahir sudah mempunyai cinta dan kasih sayang tapi mengapa kita tidak mau memupuknya sertamenjadikan sebagai harta kekayaan untuk kita wariskan kepada anak-anak kita dengan selalu mendidik dan merawat dengan penuh kasih sayang dalam keluarga, bukankah anak yang dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang akan tumbuh menjadi anak yang bertanggung jawab serta memiliki sifat sosial yang tinggi yang berguna untuk Agama dan Bangsanya ?
dan bukankah anak yang dibesarkan dengan permusuhan yang setiap hari dia tontonkan perkelahian anatara kedua orang tuanya, bukankah anak tersebut akan tumbuh dengan watak yang keras yang selalu ingin berkelahi, ingin menang sendiri serta ingin menghabisi siapa saja yang menjadi masalah dalam hidupnya ?
berapa banyak diluar sana anak-anak yang terjerat narkoba, yang kebanyakan diantara mereka ingin menenangkan pikiran karena tidak ada lagi tempat untuk mereka bersandar, mereka punya keluarga tapi hidupnya seperti dihutan belantara dimana yang kuat selalu menerkam yang lemah hingga akhirnya anaklah yang selalu menjadi pelampiasan emosi orang tua.
Wahai manusia yang dirimu akan membina keluarga atau bahkan sudah berkeluarga jagalah keharmonisan rumah tanggamu selalu, susah senang rasakanlah bersama anak dan istrimu dalam rumah tangga, selalulah merasa cukup dengan apa yang ada, janganlah engkau sia-siakan anak-anakmu demi engkau turuti hawa nafsumu . . .
Kita akan bahagia bila anak dan istri ada bersama kita dalam keluarga, semoga keluarga kita semua menjadi keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warahmah . . .
Amin . . . .
Semoga catatan ini menjadi manfaat untuk kita bersama !
#_Foto pribadi, alamat dan nama serta jenis usaha kami sembunyi untuk saling menjaga !
No comments:
Post a Comment