Puisi

Wednesday, 17 January 2018

Mengapa Begitu Cepat Engkau Pergi . . .

        Dalam gelap malam seorang pemuda berwajah tampan duduk termenung sendirian, terkadang dia membolak-balikkan kain surban yang dipegang ditangan, terlihat juga sang pemuda sesekali menyapu air matanya yang jatuh membasahi pipi.
Tiada hati yang tidak teriris bila mengenang apa yang terjadi pada pemuda ini dua tahun silam, namun apa nak dikata sudah begitu takdir dari Tuhan, walaupun dalam derita yang selalu menyisakan duka namun sipemuda tersebut tidak pernah melupakan Tuhan yang telah menciptakannya.

     Kejadian pilu itu terjadi ketika pemuda tersebut pulang kedesanya setelah menyelesaikan pendidikan disalah satu Pesantren ternama diluar kota sana, niat hati ingin pulang kedesa untuk berbakti pada kedua orang tuanya, sambil mengamalkan ilmu yang selama ini telah didapati dari guru-gurunya, dia pun mulai merekrut para remaja dan anak-anak kecil didesanya untuk diajak belajar mengaji kerumahnya, karena disekitar desa tempat pemuda tersebut tinggal belum ada balai-balai pengajian tempat anak-anak belajar mengaji, kalaupun ada satu dua dikampung orang yang lumayan jauh untuk anak-anak pergi mengaji siang dan malam.

          Kelihatannya pemuda tersebut sangat menikmati pekerjaannya, beliau sangat ikhlas dalam mengajari remaja dan anak-anak kecil didesanya untuk belajar mengaji.
Seiring waktu berjalan usia pun semakin bertambah, kekhawatiran orang tuapun semakin meningkat untuk segera menikahkan anak semata wayangnya tersebut, hingga suatu malam disaat sang pemuda sedang makan malam bersama dengan Ayah dan Ibunda tercintanya, sang Ayah pun bertanya tentang pernikahannya, namun karena Ayah yang mengerti akan kehidupan muda-mudi, beliaupun bertanya pada anandanya "apakah ada sosok perempuan yang telah memikat hatimu wahai anakku ?
Tidak ada Ayah, kenapa Ayah bertanya begitu ? jawab pemuda dengan penuh santun.
Ayah bertanya demikian karena siapa tau sudah ada hati yang kamu kasih harapan semasa diPasantren dulu, dan kalau memang ada besok pagi Ayah mau kita pergi untuk menemui orang tuanya !
Ayah, apakah tidak terlalau buru-buru ? tanya sipemuda sambil tertunduk malu.
Tidak ada yang terburu-buru wahai anakku hanya saja sekarang waktunya yang sudah menuntut akan hal itu !
Baiklah Ayah, besok kita pergi kerumah santriwati yang pernah aku kenal diPesantren dulu, sebuah jawaban tanda setuju dari pemuda yang penuh bakti kepada orang tuanya !

          Dua keluarga telah bertemu, hari pernikahanpun telah ditentukan, tibalah kini saatnya sepasang sejoli yang kental dengan Ilmu Agamanya karena kedua-duanya lulusan dari Pesantren ternama, duduk bersanding dipelaminan bak Ratu dengan Raja, membina cinta dalam ikatan yang halal, cinta tersemai setelah ijab qabul dilafazkan didepan para saksi yang sangat akurat dan diRidhai Tuhan.
Dan Alhamdulillah setelah pernikahan berumur setahun merekapun dikarunia seorang anak laki-laki yang ketempanan melebihi ayahnya, anak itupun mereka beri nama Zakiul Afkar, kesenangan serta kebahagiaan selalu terpancarkan diwajah mereka berdua atas kelahiran anak pertamanya.

          Namun takdir berkata lain, kebahagiaan berganti dengan duka yang berkepanjangan karena sang Zaujati harus pergi menghadap ilahi dengan membawa ikut serta anak  dalam kepergiannya, pagi jum'at itu keluarga kecil tersebut pergi berziarah ketempat gurunya yang jauh dikota sana, mereka pergi bertiga dengan mengendarai sepeda motor, setengah perjalan dari arah berlawanan tiba-tiba terlihat mobil pribadi yang melaju kencang dan menghantam trotoar jalan yang akhirnya hilang kendali dan ikut menghantam sepeda motor mereka bertiga, sang anak terbujur kaku terpelanting kepinggir jalan, sang istripun berlumur darah dibawah ban mobil mewah tersebut, sang ayah yang jatuh bersamaan dengan sepeda motornya mencoba untuk bangkit dengan harapan mampu menyelamatkan anak dan istri tercintanya, namun sang ayah tak kuasa untuk berdiri hingga jatuh dan pingsan kembali.

          Jarum jam telah menunjukkan pada angka 21.45 namun mereka bertiga belum juga siuman masih terbujur kaku di ruang ICU, keluarga yang menunggu hanya bisa menangis tersedu-sedu, para santripun mulai berdatangan untuk menjenguk gurunya tersayang, namun mereka tidak bisa berbuat banyak selain dari pada memanjatkan do'a kepada Ilahi agar segera diberikan kesembuhan kepada keluarga gurunya yang sedang ditimpa cobaan.
Ditengah tangisan yang tersedu-sedu tiba-tiba terdengar suara sang guru memanggil istri dan anaknya, hingga semua terkejut bahagia karena yang dinanti telah bangun dari komanya, tapi tak lama kemudian dokter datang membawa berita kalau anak dan istrinya telah pergi menghadap yang kuasa, tangisan pun kembali pecah sang guru pun harus dipapah karena tak sanggup menerima berita yang sungguh sangat-sangat menyanyat hatinya.

        Sang guru harus pergi dengan kursi roda kepemakaman anak dan istrinya, matanya lembam karena tak pernah bisa membendung tangisan dari lubuk hati yang dalam, hingga beliau pun harus tabah dan ikhlas melepas semua kebahagiaan yang baru saja beliau dapatkan.

          Salam Ukhwah fillah, dilain kesempatan kita lanjut kembali.
Semoga bermanfaat untuk sesama walaupun cerita ini hanya fiktif belaka, namun yang perlu kita ingat adalah kematian itu pasti akan datang menjemput kita dengan cara tiba-tiba, oleh karena itu selalulah bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha, tinggalkanlah semua kemaksiatan yang bisa membuat Allah memurkai hidupmu. Selalu ingatlah tentang kematian . . .

Wassalam, silahkan diShare untuk berbagi-bagi nasehat dan kebaikan. . .


Jangan lupa kunjugi Blog kami "puisi bustami zi"Mengapa Begitu Cepat Engkau Pergi

No comments:

Post a Comment