Puisi

Friday, 12 January 2018

Hinakah kami sianak gembala

         Jam telah menunjukkan angka 15.45 dan sebentar lagi azan ashar akan berkumandang, seperti biasanya setelah shalat ashar aktif kami akan dimulai, setelah shalat ashar kami bersiap-siap memakai baju dinas untuk terjun kelapangan tempat ddimana kami berbagi kesenangan dengan sesama makhluk ciptaan Tuhan, disini berawal suka duka kami, disini kami harus siap digigit nyamuk2 nakal, wajah kami pun harus selalu siap terjerat sarang laba2 kapan saja, iya karena kami bermain dalam hutan belantara.
         Kami sianak gembala, dari semenjak kami duduki bangku SD hingga Sarjana kami selalu bermain dihutan belantara, namun harus di ingat hutan itu bukan tanpa nama, dari semenjak kami lahir ditelinga kami selalu terdengar orang2 menyebutnya dengan nama "Lampoh Kuta".
Pulang sekolah kami memanggil kawan untuk kumpul bersama menjaga ternak kami agar tidak memakan tanaman orang, walau kadang2 disaat kami lalai santapan enakpun didapatkan karena lembu gembalaan kami masuk ke ladang orang, disaat itulah ceramah yang tidak berkonsep harus kami dapatkan, terkadang kuping kami hampir putus dicubit oleh ibunda karena yang punya tanaman pergi mengadu ke kepala desa, begitulah duka kami sianak gembala.



          Namun sekarang banyak diantara kami yang sudah mendapat gelar sarjana, bahkan banyak juga yang masih duduk dibangku sarjana, kami salah satu diantaranya, namun kami tetap mengembala karena disini kami mendapatkan kebahagiaan yang tidak didapatkan oleh orang kaya dikota sana.
Sering biaya kuliah kami bayar dengan hasil kami jual lembu yang kami gembala, dengan itu pula kami beli baju baru ketika hari raya, bahkan kami selalu menggantung harapan untuk bisa membeli kereta baru saat lembu gembalaan kami laku.
        Inilah sedikit diantara sekian banyak kisah kami sianak gembala yang sudah turun temurun pekerjaan ini diwariskan oleh orang tua kepada anak2nya, dengan sedikitpun tidak menghambat proses belajar dan mengaji kami didesa karena orang tua kami sangat pandai mengatur waktu untuk ananda2 tercintanya, kalau tidak mana mungkin kami bisa duduk dibangku sarjana
       

            Sekian dulu, dilain waktu kita sambung cerita  !
salam kami sianak gembala. . .

No comments:

Post a Comment